Kamis, 06 November 2014

SEPEGGAL SEJARAH

Situs Curugbitung Situs Curugbitung terletak di dataran rendah, berasal di sembilan desa yaitu Desa Curugbitung, Cipining, Cidadap, Sekarwangi, Ciburuy, Cilayang, Mayak, Candi dan Guradog. Struktur bantuan kawasan merupakan satuan batuan beku yang terdiri dari andesit dan basal, sedangkan batuan sedimen adalah tufa, breksi vulkanik dan breksi sesar. Kenampakan singkapan batuan andesit dan basal tersingkap di sekitar air terjun (Curug) Bantahan di Sungai Cibeureum dan batuan tufa tersingkap di sekitar lereng Gunung Anakan atau Pasir Gadung, sementara batuan breksi terdapat di lereng Pasir Ruhkul. Tinggalan arkeologi yang tersebar di situs itu diantaranya : 1. Situs Candi Situs Cadi terletak di Pasir Tarikolot Candi Desa Candi, lingkungan alam situs ini banyak ditumbuhi pohon karet, melinjo, aren, bambu dan lain-lain. Menurut informasi bahwa pada masa lampau di situs ini pernak terdapat patung bergaya polinesia dan sekarang disimpan di Museum Pusat (Krom, 1914). Di lokasi yang sama juga merupakan arela pertambangan bentonit dan tambang liar batu kalimaya. Adapun gejala arkeologis yang berhasil ditemukan adalah sebuah menhir yang terbuat dari bahan fosil kayu.
2. Situs Batu Dakon Situs Batu Dakon terletak di blok Pasir Nangka Kampung Cokel Desa Curugbitung, tepatnya di pekarangan SD Curugbitung Idi situs ini ditemukan dua buah batu dakon dengan posisi berjajar pada jarak ,75 m satu sama lain. Batu dakon I terletak di sebelah timur. dipermukaan batu dakon ini terpahat 27 buah lumpang. Batu Dakon II terletak di sebelah barat Batu Dakon I dan dipermukaan ini terpahat 10 buah lumpang, selanjutnya kearah barat laut ditemukan sebuah batu andesit dari Batu Dakon II tepatnya pada jarak 11 m ditemukan sebuah batu andesit dengan ukuran panjang 80 cm, lebar 42 cm dan tinggi 45 cm.Pada jarak 6,30 m kearah barat dari batu ini ditemukan pula batu andesit dengan ukuran besar panjang 190 cm, lebar 15 cm dan tinggi 85, di bagian ujung timur batu ini terbelah dengan membentuk celah selebar 10 cm, sedangkan pahatan batunya berukuran panjang 80 cm, lebak 42 cm dan tinggi 45 cm sehingga membentuk seperti kepala dari suatu bentuk fauna.
3. Situs Buyut Kuncung Amarullah Situs Buyut Kuncung Amarullah merupakan komplek makan kuno yang dimanfaatkan hingga sekarang dan berada di Blok Pasir Nangka, Kampung Cokel dengan luas sekitar 4 Ha, tepatnya di sebelah timur jalan menuju Kecamatan Curugbitung dari Desa Candi. Di sebelah selatan situs ini mengalir sungai Cibuut yang merupakan anak sungai Cibeureum yang mengalir di sebelah timur, sebelah utara berupa lahan perkebunan. Makan Kuncung Amarullah dan pengikutnya terdapat pada bagian barat komplek makam. Di dalam komplek makam yang di pagar ini juga terdapat 8 makam lainnya, kesembilan makan tersebut telah dirubah secara keseluruhan. Di luar padar terdapat sebaran nisan berbentuk gada dengan kepala nisan bervariasi bentuknya seperti penampang segi empat, segi delapan dan bentuk kerucut, disini dijumpai kepala nisan gada polos dan berukir serta ditemukan pula adanya nisan dengan relief berbentuk lingkaran berjari-jari. Adapun lingkungan alam situs ini banyak ditumbuhi pohon karet, gandaria, kiara, kupa, pesar dan kemang, kondisi situs kurang terpelihara. Di komplek makan ini setiap tanggal 10 bulan Muharam ada kegiatan tradisional berupa upacara/ritual “ngembang”, yaitu suatu upacara yang ditandai dengan pemotongan kerbau di makam Buyut Kuncung yang diikuti oleh 5 (lima) kampung lain, yaitu Kampung Cokel, Legok, Cokel Seberang, Leuwidamar dan Cilawang.
4. Situs Buyut Bangsa Situs Buyut Bangsa mempunyai luas sekitar 1 Ha, merupakan komplek makam kuno yang hingga kini masih dimanfaatkan, posisinya di sebelah barat aliran sungai Cibeureum Kampung Cilawang Desa Sekarwangi. Makam Ki Buyut Bangsa sendiri berupa sebuah menhir yang terbuat dari fosil kayu dan berada di pinggir jalan yang menghubungkan Cokel Seberang dengan Desa Sekarwangi. Di areal ini juga ditemukan sekitar 26 buah nisan bentuk gada dengan kepala polos berukir.
5. Situs Batu Patapaan Situs Batu Patapaan berada di salah satu tebing batuan tufa yang curam di Pasir Patapaan Kampung Cilawang Desa Curugbitung, situs ini sekitar 200 m dari aliran Sungai Cibeureum Desa Curugbitung. Ceruk berada di sebelah timur aliran Sungai Cibeureum yang mengalir dari arah selatan ke utara. Posisi situs menghadap ke arah barat dan sampai saat ini masih sering digunakan untuk kegiatan pemujaan.